poin1. Mencairnya es di kutub disinyalir hasil dari global warming yang disebabkan gas - Brainly.co.id. Pemanasan Global: Pengertian, Penyebab, Dampak Dan Cara Mengantisipasi - Gramedia Literasi. Mencairnya es di kutub disinyalir hasil dari global warming yg disebabkan gas buang/emisi industri. - Brainly.co.id. SAHABAT BERSAMA: Pengertian Mencairnya es di kutub disinyalir hasil dari global warming warming yang disebabkan gas buang emisi industri hubungan sebab-akibat diatas adalah keterkaitan dengan aspek keterkaitan dengan aspek kalo salah. Disamping menghancurkan rumah, kehidupan tumbuhan dan hewan, kebakaran hutan juga berkontribusi terhadap pemanasan global, menurut sebuah studi baru yang dikutip oleh Daily Mail, baru-baru ini. Para peneliti dari Universitas Tianjin mengungkapkan, 'karbon coklat' (brown carbon) yang dilepaskan selama kebakaran hutan di belahan bumi utara - Area es terakhir di wilayah Kutub Utara yang dikenal dengan lapisan esnya yang tebal, mulai mencair akibat perubahan iklim. Disebut The Last Ice Area, lapisan itu terletak di utara Greenland dan kepulauan Arktik Kanada. Hewan seperti beruang kutub dan walrus sangat hidup bergantung pada lapisan es tersebut untuk berburu makanan dan membangun sarang. Namun, meningkatnya suhu global membuat wilayah yang biasanya selalu tertutup es sepanjang tahun itu menjadi sangat sedikit dan jarang. Baca Juga Lebih dari 150 Ribu Warga di Pesisir India dan Pakistan Diungsikan dari Jalur Badai Biparjoy Area es terakhir dianggap sebagai salah satu tempat terakhir, di mana hewan-hewan ini dapat mencari perlindungan karena kondisi di daerah sekitar menjadi tidak ramah. "Daerah ini telah lama diharapkan menjadi tempat perlindungan utama bagi spesies yang bergantung pada es," kata Kristin Laidre, profesor penulis penelitian, dikutip dari Minggu 4/7/2021. Area es terakhir di Kutub Utara. [WWF]Seperti bagian lain dari Kutub Utara, es di wilayah ini secara bertahap menipis selama beberapa tahun terakhir. Tahun lalu, meskipun lapisan es sedikit lebih tebal dari sebelumnya, tapi citra satelit menunjukkan rekor terendah cakupan hanya 50 persen pada 14 Agustus 2020. Data menunjukkan sekitar 80 persen pencairan es disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan cuaca, seperti angin yang memecah es. Baca Juga Perubahan Iklim Buat Yordania Alami Kekeringan dan Krisis Air Bersih Sementara itu, 20 persen lainnya berasal dari penipisan es laut jangka panjang akibat pemanasan global.
REPUBLIKACO.ID, COLORADO - Pemanasan global terus memanen akibat. Laporan terbaru mengatakan bahwa Arktik suhu dalam enam tahun terakhir telah berada di level tertinggi sejak pengukuran dimulai pada tahun 1880, dan terus meningkat. Es di Greenland dan sisanya di Arktik mencair jauh lebih cepat daripada yang sebelumnya diproyeksikan dan dapat menaikkan permukaan laut global setinggi 1,6 meter
Thinkstock Bongkahan es mencair di Ilulissat Icefjord, Greeland. – Sekelompok peneliti Inggris menemukan fakta bahwa sekitar 28 triliun ton es telah menghilang dari permukaan bumi sejak 1994. Dilansir dari Bussiness Insider, para ilmuwan dari Leeds University, Edinburgh University dan University College London, menganalisis survei satelit dari gletser, gunung, dan lapisan es antara 1994 hingga 2017 untuk mengetahui dampak dari pemanasan global. Baca Juga Studi Setengah dari Laut Dunia Telah Terdampak Perubahan Iklim Studi yang dipublikasikan pada jurnal Cryosphere Discussions ini menggambarkan hilangnya es dalam jumlah “mengejutkan”. Peneliti mengatakan, mencairnya gletser dan lapisan es dapat menyebabkan permukaan laut naik secara dramatis-kemungkinan mencapai satu meter pada akhir abad ini. “Setiap sentimeter kenaikan permukaan laut, berpotensi mengusir’ satu juta orang yang tinggal di wilayah yang rendah,” kata Profesor Andy Shepherd, direktur Centre for Polar Observation and Modelling Leeds University. Pencairan es yang dramatis tersebut juga memiliki beberapa konsekuensi, termasuk gangguan pada biologis perairan Arktika dan Antartika. Juga mengurangi kemampuan Bumi untuk memantulkan radiasi sinar matahari kembali ke luar angkasa. Penemuan ini sesuai dengan skenario kasus terburuk yang diprediksi oleh Intergovernmental Panel on Climate Change IPCC. “Sebelumnya, peneliti hanya mempelajari area individu—misalnya di Greenland atau Antarktika—di mana es–es mencair. Namun, ini pertama kalinya ada studi yang melihat hilangnya es dari seluruh dunia. Apa yang kami temukan sangat mengejutkan,” papar Shepherd. Baca Juga Wolverine Terlihat Kembali Setelah Menghilang Selama 100 Tahun Penemuan ini dipublikasikan seminggu setelah para ilmuwan dari Ohio State University menemukan fakta bahwa lapisan es di Greenland yang telah mencair, tidak bisa kembali pulih. Michalea King, pemimpin studi dari Ohio State University mengatakan bahwa es telah hilang dalam jumlah besar, beberapa tahun terakhir. Ini menghasilkan perubahan pada bidang gravitasi Greenland. Greenland kehilangan sekitar 280 miliar metrik ton es setiap tahunnya. Es yang mencair tersebut, mengalir ke laut setiap tahunnya dan menjadi penyumbang terbesar kenaikan permukaan laut global. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Zonabeku yang terletak di utara Greenland mengalami penyusutan es secara musiman. Area Es Terakhir di Kutub Utara Rawan dari Perubahan Iklim | Republika Online REPUBLIKA.ID

Ilustrasi pemanasan global. Foto PixabayPemanasan global menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup di bumi. Fenomena yang juga disebut global warming ini adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem akibat peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Peningatan suhu ini disebabkan oleh bertambahnya kadar gas rumah kaca yakni karbondioksida CO2, nitrogen dioksida N2O, metana CH4, dan freon SF6, HFC dan PFC. Gas-gas ini memang secara alamiah dihasilkan oleh aktivitas makhluk hidup sehari-hari. Namun gas-gas ini meningkat secara drastis karena semakin majunya industri. Kondisi ini tentu berdampak pada kehidupan di bumi. Apa saja dampak pemanasan global? Mencairnya Lapisan Es di Kutub Utara dan SelatanSalju di Antartika yang meleleh akibat pemanasan global. Foto Johan OrdonezMeningkatnya suhu menyebabkan lapisan es di kutub meleleh. Para ilmuwan di Inggris menyatakan bahwa sebanyak 28 triliun ton lapisan es di bumi telah hilang dalam 30 tahun terakhir. Jika ini terus terjadi maka permukaan air laut akan naik secara global. Masyarakat yang hidup di pesisir terancam oleh banjir rob, sedangkan pulau-pulau kecil bisa tenggelam. KekeringanNaiknya suhu menyebabkan peningkatan penguapan air. Penguapan skala besar inilah yang menjadi penyebab utama kekeringan di banyak tempat. Akibat penguapan, banyak sumber mata air yang kering. Kekeringan juga menyebabkan meningkatnya kebakaran hutan. Rusaknya Terumbu KarangGlobal warming akan membuat suhu air laut meningkat. Ini membuat terumbu karang mengalami pemutihan dan lama-lama menjadi rusak. Rusaknya terumbu karang akan membuat ekosistem laut menjadi tidak seimbang. Punahnya Berbagai Jenis Flora dan FaunaIlustrasi beruang kutub. Foto ShutterstockLingkungan yang berubah akibat pemanasan global tentu memengaruhi eksistensi hewan dan tumbuhan. Fauna yang hidup di kutub seperti penguin dan beruang kutub terancam kehilangan habitatnya. Kenaikan suhu global juga menyebabkan terganggunya siklus air dan kelembaban udara yang berdampak pada pertumbuhan tanaman. Menurut sebuah penelitian dari Universitas Arizona, satu dari tiga spesies tumbuhan dan hewan akan punah pada 2070. KelaparanPerubahan iklim menyebabkan musim sulit diprediksi. Akibatnya musim tanam menjadi tidak menentu. Ini tentu berdampak pada produksi pangan penduduk. Melansir dari situs Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Indonesia dihantam anomali iklim berupa el nino parah pada 1998. Saat itu Sumatera bagian selatan, Kalimantan, Jawa, dan Indonesia timur mengalami kekeringan di luar musim kemarau. Kekeringan tersebut menyebabkan penurunan produksi dan kegagalan panen tanaman pangan seperti padi dan palawija, serta krisis air bersih.

SuhuTerlalu Panas, Es Krim Jadi Makanan Beruang Kutub di Rusia. Fimela. 28 Jun 2018, 14:19 WIB Diperbarui 28 Jun 2018, 14:19 WIB. 18

Pixabay Pemanasan global telah menyebabkan cuaca musim dingin yang lebih ekstrem. Fenomena itu yang disebut sebagai "Benua Arktika-Dingin Hangat" WACC, dan mereka menyelidiki bagaimana hubungan ini berubah dengan iklim yang menghangat. Dalam studi mereka, para peneliti melihat data iklim historis kemudian beralih ke model proyeksi iklim. Mereka mengeksplorasi hubungan potensial dan menilai bagaimana fenomena ini dapat dipengaruhi oleh berbagai skenario pemanasan global. Mereka menggunakan data iklim dari European Center for Medium-Range Weather Forecasting ECMWF selama hampir 40 tahun. Berdasarkan data itu para peneliti mengorelasikan suhu musim dingin di Asia Timur dan Amerika Utara dengan suhu Laut Barents-Kara dan Laut Siberia Timur-Chukchi di wilayah Arktika. Mereka mengamati bahwa suhu musim dingin yang lebih rendah di Asia Timur dan Amerika Utara biasanya disertai dengan suhu Laut Arktik yang lebih hangat. Namun, mereka juga menemukan bahwa di beberapa musim dingin, seperti musim dingin 2017/18 di Asia Timur, pola ini tidak berlaku. Temuan mereka menunjukkan bahwa keterkaitan tersebut mencakup ketidakpastian yang mungkin disebabkan oleh faktor selain suhu Laut Arktika. Meskipun demikian, dengan menggunakan proyeksi iklim dari percobaan Half degree Additional warming, Prognosis and Projected Impacts HAPPI, para peneliti menemukan bahwa pola WACC tetap bertahan bahkan ketika suhu global naik. HAPPI merupakan peranti yang ditargetkan untuk memproyeksikan iklim masa depan di bawah skenario pemanasan 1,5°C hingga 2°C. Namun, mereka menemukan bahwa korelasi antara suhu Laut Arktika dan suhu Asia Timur menjadi semakin tidak pasti dengan intensifikasi pemanasan global. “Kami menemukan bahwa hubungan antara pemanasan Arktik dan kejadian cuaca dingin di garis lintang tengah akan menjadi lebih tidak pasti di bawah iklim yang lebih hangat, menantang perkiraan suhu musim dingin di masa mendatang,” kata Yungi Hong, mahasiswa di GIST dan anggota tim peneliti. Baca Juga Peristiwa Cuaca Ekstrem Memicu Timbulnya Ancaman Penyakit Kulit Baca Juga Ilmuwan PBB Peringatkan Dunia Harus Segera Hentikan Baca Juga Kekerasan terhadap Perempuan Diperkirakan Naik seiring Cuaca Ekstrem Baca Juga Squall Line, Awan Hujan Badai Ekstrem yang Dipicu Perubahan Iklim “Studi kami menunjukkan bahwa sementara seseorang dapat mengharapkan gelombang dingin yang memicu pemanasan Arktik di garis lintang tengah untuk bertahan di masa depan yang lebih hangat, mereka akan menjadi lebih sulit untuk diprediksi,” tambah Prof. Jin-Ho Yoon. Peristiwa Arktika yang hangat di bawah iklim yang lebih hangat akan dikaitkan tidak hanya dengan benua yang lebih dingin di Asia Timur tetapi juga dengan benua yang lebih hangat. Fenomena ini bergantung pada proses telekoneksi yang juga diperumit oleh Arktika yang lebih hangat. Hasil penelitian ini menyoroti pentingnya upaya berkelanjutan untuk lebih memahami interaksi antara pemanasan Arktika dan iklim garis lintang tengah. Temuan ini sebagai sarana untuk menemukan prediktor alternatif untuk peristiwa cuaca musim dingin ekstrem yang akan datang. PROMOTED CONTENT Video Pilihan

Selainitu sebagai akibat dari global warming, telah banyak es di kutub yang mencair (terutama di sekitar Greenland). Mencairnya es tersebut juga mampu memperbesar volume air laut di bumi. Pemanasan global juga mengakibatkan mencairnya kantong-kantong es di Kutub Utara maupun Kutub selatan, mencairnya kantong-kantong es tentu saja akan ZZWwl. 53 141 342 24 308 30 122 27 47

mencairnya es di kutub disinyalir hasil dari global warming